Riya
Riya’ itu samar sehingga terkadang menimpa seseorang padahal ia menyangka
bahwa ia telah melakukan yang sebaik-baiknya. Dikisahkan bahwasanya ada seseorang
yang sering melakukan shalat berjamaah dan selalu berada di shaf paling depan,
namun pada suatu saat ia berada di shaf paling belakang , ia pun merasa malu
pada jamaah lainnya yang melihatnya di shaf paling belakang. Setelah ia sadari
bahwa selama ini shalatnya karena ingin dipandang manusia semata.
Sedangkan lawan dari riya’ adalah ikhlas . Keikhlasan identik dengan
perbuatan dan amalan yang semata-mata karena Allah swt ,sesuai firmanNya:
“ Mereka
tidaklah diperintah selain menyembah Allah dengan bersikap ikhlas kepada
agamaNya, dan agar mereka mendirikan shalat
dan membayarkan zakat. Itulah agama yang lurus.” (QS.al Bayyinah:5).
Rasulullah
SAW.bersabda:”siapapun yang berhiamat kepada allah dengan ikhlas selama empat
puluh hari,maka allah akan memancarkan hikmah dari hati dan lisannya”.
Amirul Mukminin
Ali bekata :”dunia ini benar-benardunia kejahilan kecuali majelis-majelis ilmu
pengetahuan.ilmu pengetahuan benar-benar merupakan ilmu pengetahuan kejahilan
kecuali ilmu pengetahuan yang di praktikan.semua
praktik ilmu pengetahuan adalah riya kecuali yang dilakukan dengan
ikhlas.keikhlasan juga tidak aman sebelum kesudahan yang baik terwujud”.
DEFINISI RIYA’
Riya’ merupakan mashdar dari raa-a yuraa-i yang
maknanya adalah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian
memuji. Termasuk ke dalam riya’ juga yaitu sum’ah, yakni agar orang lain
mendengar apa yang kita lakukan lalu kitapun dipuji dan tenar.
Riya’ dan semua derivatnya itu merupakan akhlaq yang tercela
dan merupakan sifat orang-orang munafiq. Allah berfirman:
“Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisaa’: 142)[1]
Menurut Syaikh abbas Al Qumm dalam bukunya Safinal albihar memaknai
riya’ merupakan perbuatan yang pada dasarnya mengharapkan suatu posisi di
tengah masyarakat dengan memamerkan berbagai karakter baik dan jelas tujuannya
yaitu memperoleh kedudukan di mata masyarakat.2
Sedangkan
menurut Imam ghazali yang dimaksud dengan riya’ adalah mencari kemasyhuran dan
kedudukan dengan beribadah.3
Imam Ali berkata
“Berdermalah,tetapi jangan ingin terkenal.Janganlah engkau mengingat dirimu supaya
disebut-sebut dan diketahui orang lain.Sembunyikanlah dan diamlah,niscaya
engkau selamat. Gembirakanlah orang-orang baik dan buatlah marah orang-orang
zalim.”4
Riya’ adalah
tindakkan menampakkan atau menonjolkan amal-amal shaleh,sifat-sifat terpuji
atau akidah yang benar demi memperoleh kekaguman dalam hati orang banyak dan
dikenal diantara mereka sebagai orang baik , mustaqim (orang yang
lurus), jujur,dan taat , tanpa niat untuk Allah yang sejati.
Dari Imam shadiq
bahwa imam berkata :”Riya’ dalam segala bentuknya adalah syirik. Sesungguhnya
orang yang berbuat sesuatu demi manusia balasannya ada pada manusia dan orang
ynag berbuat demi Allah balasannya ada pada Allah swt.”
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB RIYA’
1. Lingkungan keluarga
Dasar pendidikan pertama seseorang
adalah keluarga. Di dalam keluarga terbentuk kebiasaan, kecenderungan, dan
pandangan hidup seseorang. Kebiasaan seseorang akan dipengaruhi oleh kebiasaan
yang ada di dalam keluarganya. Pengaruh di dalam keluarga diantaranya ialah
cara berpikir, komunikasi, pendidikan agama, tradisi dan adat istiadat dan
hal-hal tersebut akan nampak pada perilakunya.
2. Cinta kehormatan dan kedudukan
3. Kerakusan
4. Gila hormat dan sanjungan
Ia selalu mengharap setiap
orang memujinya, dan menginginkan di setiap majelis kebaikannnya disebut-sebut,
kemudian ia akan tersanjung dengan hal itu.6
5. Kekaguman orang lain
Dalam sebuah hadits diceritakan, ada
seseorang yang sedang memuji-muji saudaranya di hadapan Rasulullah, lalu beliau
bersabda, “Celakalah engkau, engkau telah memotong leher saudaramu. Engkau
telah memotong leher saudaramu”. Beliau mengatakannya berulang-ulang. Kemudian
melanjutkan ucapannya, “Apabila seseorang harus memuji saudaranya, katakanlah,
‘Aku hanya mengira si fulan itu begitu (kata pujian), tetapi Allah lah yang
menguasai perbuatannya. Dan aku tidak akan menganggap suci seseorang di hadapan
Allah’”. (HR. Muslim).
6.
Takut mendapatkan hinaan.
AKIBAT-AKIBAT
RIYA’
Terhalang
dari cahaya Allah swt
Cahaya Allah swt adalah anugerah Allah yang dikaruniakan-Nya kepada
orang-orang yang dikehendaki-Nya. Bersiap;ah bagi orang yang terkena kegelapan
maka tidak akan mendapatkan cahaya sedikit pun, kehinaan yang tidak dapat kamu
lepaskan.
Mendapatkan
Kemurkaan Allah swt.
Batal amalnya
sesungguhnya salah satu dari syarat diterimanya amal
adalah ikhlas. Seperti firman-Nya dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5. “Jika
seseorang melakukan ibadah atau amal shalih namun dilandasi dengan riya' atau
sum'ah maka amal itu akan menjadi sia-sia. Tidak diterima Allah SWT.”
Aibnya akan terbuka baik di dunia maupun di akhirat
Orang yang riya' dan sum'ah ingin
mendapatkan pujian, penghormatan, atau kedudukan dari orang lain. Namun
seringkali Allah justru membuka aib orang seperti itu di dunia sehingga
terbongkarlah kebusukannya.
Menderita Kesempitan dan Kegelisahan
[2]Orang yang riya' atau sum'ah akan dilanda kegelisahan dalam
hidupnya. Ia berada dalam dua kesempitan. Merasa sempit karena khawatir niatnya
terbongkar, dan merasa sempit saat niatnya tidak tercapai. Berbeda dengan orang
ikhlas yang sejak awal melakukan amal telah mendapatkan ketenangan karena
Allah-lah yang melihat dan akan membalas amalnya meskipun tidak ada orang lain
yang tahu.
LANGKAH-LANGKAH
MENGATASI RIYA
- Mengetahui dan mengingat bahaya riya’
- Menghindari berbagai aspek dan sikap riya’ dengan menyembunyikan perbuatan-perbuatan ibadah hingga kepercayaan diri dan ketulusan yang diraih.
- Cobalah menarik hati mahluk dengan pertama kali menyenangkan pemilik semua hati.
- Berdoa kepada sang pemilik hati supaya terhindar dari sifat riya’.
0 komentar:
Posting Komentar